Jumat, 01 Juli 2016

Untukmu yang pergi, atau dibawa pergi...

Hari - hari terakhir di bulan Ramadhan seperti ini, hari - hari menjelang lebaran, orang - orang sibuk mempersiapkan diri untuk mudik = sebuah ritual tahunan dimana kita merayakan kepulangan.

Mereka yg merantau, jauh ataupun dekat, akan pulang ke rumah masing - masing untuk menemukan diri mereka sendiri. Dalam masa lalu di pangkuan Ibu, di jendela kamar yg berdebu, di halaman belakang tempat mengubur rasa rindu, di jalan - jalan tempat dahulu mereka menyusuri kedewasaan sambil menyanyikan lagu cinta dan elegi patah hati.

Lihatlah dirimu sendiri! Seorang anak sulung perempuan yg ingin membuktikan sesuatu kepada keluarganya, teman - temannya, kampung halamannya. Kau tahu kan, hidup tidak pernah gampang dan tak selalu menyenangkan. Seperti berjalan berputar - putar di trotoar kota besar, sementara asap knalpot kendaraan menyesaki ruang penciumanmu.

Tak ada pohon - pohon di sana, tidak seperti di desamu. Atau jika ada satu dua pohon di kota, pohon - pohon itu sudah kehilangan teduhnya. Seperti orang - orang yg telah kehilangan keramahannya.

Seberapa besar rasa rindumu, kawan? Seberapa kuat kau ingin pulang? Seberapa kecil kau melihat dirimu sendiri di tengah arogansi kota raksasa? Seberapa jauh rumah telah kau tinggalkan?

Perhatikanlah bayangan dirimu di cermin itu! Sudahkah kau menjadi anak perempuan yg dewasa seperti diharapkan kedua orangtuamu dulu? Kini kau sudah tahu bahwa jaraklah yg menebalkan rindu, menempa cinta, membuatmu lebih dewasa dan bijaksana. Ah, begitu banyak terpaan hidup yg bisa membuat dewasa selain jarak...

Untukmu yang pergi atau dibawa pergi seseorang; ketahuilah kau telah meninggalkan sebuah lubang di hati ayah dan ibumu. Mereka yg menyayangimu sejak kecil. Mereka yg selalu menganggapmu sebagai seorang putri. Mereka yg bersabar dengan sikap dan sifatmu. Mereka yg mungkin pernah kau benci karena kau pikir tak bisa mengerti apa maumu.
Cairkanlah semua amarah yg menggumpal di hatimu, cairkanlah semua rasa rindu, cairkanlah rasa apapun yg mengental di dada. Mengalirlah ke lubang yg kau tinggalkan di dada ayah dan ibumu. Pulanglah...

Hidup seluruhnya adalah tentang kepulangan ke rumah masing - masing bukan? Siapapun kita, jiwa - jiwa yg tak pernah lelah. Kita semua hidup dan berusaha untuk mencari jalan pulang ke rumah masing - masing. Rumah adalah tempat bertolak sekaligus bersauh. Jika tak ada yg bisa menahan kita untuk pergi mengejar mimpi kita, tak ada yg boleh menahan kita untuk pulang menuntaskan rindu...

*Fahd Fahdepee*

Surade, 26 Ramadhan 1437H