Malam ini beliau kesini lagi. Setelah kemarin-kemarin
membawakan makanan setiap kali akan sahur, seperti seseorang yang tidak pernah
lupa dengan peliharaannya yang sendirian di kandang, beliau menanyakan hal yang sama. Oh tidak, kali ini aku tidak sendiri. Akhir
malam sabtu ini aku ditemani Asri. Ha! Entah yang ke berapa kali aku
menyebut namanya dalam coretan tanganku. Tapi memang begitu adanya. Dia salah
seorang sahabat yang sangat dekat denganku. Sekian jam kami mengobrol ngalor
ngidul, menghabiskan waktu berbuka dengan dengan beberapa makanan ringan juga
soto ayam yang ku beli. Asik kami bergurau, seketika Apri datang. Dengan
sekedar basa basi dia menanyakan kami sudah makan atau belum. Ah, dasar!
Tidakkah dia melihat ruang tamuku begitu berantakan karena bekas makanan kami.
Hahaha...
Ya. Kami bertiga memang akrab. Jauh sebelum orang-orang
mengadakan buka bersama, di hari yang
ketiga belas bulan Ramadhan sekarang, entah sudah berapa kali kami
sering makan berbarengan. Pemandangan yang
tidak aneh lagi di dalam rumah berukuran 3x9 meter persegi ini. Mungkin
tetangga-tetangga ku juga sudah hapal dengan wajah mereka. Ya, wajah akrab temannya
Dinda yang menyebalkan. Menyebalkan
karena memang kalau ke sini selalu berduan! Pfttttt
Pukul 20.30, handphone ku berdering. Mengalihkan perhatianku
mencari sumber bunyinya. Muncul sebuah nama di layar “Babeh” beranjak kaki ku
ke dapur meninggalkan dua bocah itu. Seperti biasa pertanyaannnya : “mau makan
pakai apa?” “ah, apa sajalah, pak. Masakan apapun aku makan, asalkan tidak
basi sampai dini hari nanti” “oke, baiklah” klik, telepon ku tutup.”Siapa?”
Bapakmu?” Ya. Bapak keduaku. “Maksudnya?” Iya, beliau bapak kedua ku setelah
orangtua kandungku. Maksudmu, paaak... Iya, beliau. Pak Lizran. Kenapa? Mmhh,
tidak, hanya sedikit terkejut dengan ucapanmu barusan yang mengatakan beliau
adalah bapakmu. Memangnya kenapa? Tidak boleh? Oh, bukan. Boleh saja. Tapi aku
meragukan perhatian yang beliau berikan bukanlah sebagai seorang bapak kepada
anaknya. Lalu apa? Apakah aku salah? Aku sudah menganggap beliau memang benar
hanya sebagai seorang bapak , sebagai oranguaku. Apakah salah? ~hening
Pondok Betung, 11 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar