Kamis, 13 November 2014

My life.. My Adventures.. is the time where I realize my dream…

Hidup ini indah. Cukup jalani dengan ikhlas dan semangat serta optimisme yang tinggi, semuanya pasti terasa mudah, walaupun pada kenyataannya tidak semudah kita mengatakannya.

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Pertama – tama gue ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt, karena atas rahmat dan karuniaNya lah sampai saat ini gue masih bisa berpijak menginjak bumiNya di alam dunia yang fana ini, masih bisa berinspirasi, berorientasi, serta berkarya dengan keluarga dan sahabat – sahabat gue. Mudah – mudahan mereka pun diberikan limpahan rahmatNya, sama seperti gue sekarang. Aamiin. (duh, berasa khotbah)

Sebelum memulai panjang lebar, ada baiknya gue perkenalkan diri dulu. Biar lebih formal dikit gitu. Hmm, sebenarnya sih gak perlu dikasih tau, cuma yaa harus ditulis detail aja supaya yang mbaca ini pada tau siapa pelaku kehidupan yang sedang gue ceritakan. Sok famous dikit gapapa kan? *kedip2mata*
Yap, gue lagi ceritain diri gue sendiri. My name is Dinda. Dinda Ananda Putri kepanjangannya. Nama yang bagus katanya menurut penuturan para saudara dan sahabat. Mungkin karena namanya sudah Dinda, ditambah Ananda. Nama yang kurang tepat rasa-rasanya untuk seorang sulung seperti gue. Mungkin bokap nyokap gue dulu berambisi buat bikin anak sulung sekaligus bungsu aja kali ya. Haha! Boro2 bungsu, adek gue aja sampe 4 sekarang. Wkwkwk...
Saat menulis ini, umur gue sendiri 21 tahun 7 bulan. Entah kenapa kalo udah kepala 2 tuh rasanya berat aja ya.. berasa tua gitu, halah...
Adik gue perempuan semua, bro. Semuanya masih sekolah. Gue sendiri masih menjalani kuliah semester 6, mahasiswi  jurusan Akuntansi di salah satu Universitas di Jakarta. Kalo gak telat, seharusnya sudah diwisuda ini. Setara sama teman- teman angkatan gue dari almamater tercinta, MAN Surade, Sukabumi karena sudah 4 tahun lebih gue berstatus sebagai alumni. Yaah, namanya juga telat... asal jangan telat dateng bulan aja, gaes! Eh...

Perjalanan pendidikan gue sejak dulu hingga sekarang gak selalu mulus seperti apa yang gue bayangkan. Banyak rintangan dan batu – batu terjal yang setia menemani meniti jalan panjang menuju arah hidup yang gue harapkan bisa lebih baik dan akan lebih baik dari sebelumnya.

Usai SMA, sebenarnya banyak tawaran dari sekolah untuk bisa meneruskan kuliah di PTN favorit. Waktu itu sebelum lulus, mulailah gue mengawali pilihan  untuk ikut PMDK. Bareng teman – teman sekelompok, gue mendaftar sebagai peserta PMDK di Institut Pertanian Bogor. Saat itu, gue dkk juga lagi ikut Lomba Cerdas Cermat Kimia di Cibadak, Sukabumi . Mewakili sekolah, kita bersaing dalam ajang LCC se-kabupaten Bogor.

Bukan yang pertama kali diikutsertakan dalam kegiatan seperti ini. Tahun lalu sebelum ini, gue juga ikut Olimpiade Sains Nasional bidang Fisika se-kabupaten loh bro, tapi cuma masuk 9 besar. Hehe...
Yaa walaupun hasilnya belum memuaskan, setidaknya pengalaman – pengalaman yang telah didapat, jauh lebih berharga dari apa yang belum berhasil dicapai.
Yaps. Itu hanya segelintir pengalaman di MAN. Almamater paling sesuatu, yang jarang banget ditengokin karena sekarang gue jauh. Hiks, miss my almamater.

Bagaimana dengan PMDK? Hmm sebelum pengumuman, ada tawaran lagi dari sekolah untuk ikut seleksi Beasiswa di ITB. Wew, kesempatan emas! Tanpa pikir panjang, langsung aja gue penuhi persyaratan – persyaratan administrasi yang diperlukan itu.
Singkat cerita, dari sekolah katanya cuma gue yang berhasil lolos sampai tingkat penyaringan se-kabupaten. Oemgi.. rasa bahagia dan haru campur aduk jadi satu. Walaupun masih ada tahap selanjutnya, ya gue seneng karena diizinkan untuk bisa mengikuti Learning Camp dengan teman – teman se-provinsi dari seluruh kabupaten di Jawa Barat buat sama – sama menimba ilmu di BPTP Bandung. Alhamdulillah. Dari sini lah gue mulai berangan – angan tentang cita – cita dan harapan itu. Tentang mimpi besar yang sebentar lagi jadi kenyataan. Tentang kesuksesan yang dalam waktu dekat akan segera gue raih. Ya, menjadi seorang Teknik Lingkungan, menjadi seorang ilmuwan, karena waktu itu gue ambil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan serta Fakultas MIPA di sana. Gak tau kenapa ada hasrat ngambil jurusan itu. Mungkin pada dasarnya emang gue tipe orang yang gak suka liat sampah berceceran. Berasa pengen mungut aja kalo liat sampah. Hahaha.. gak nyambung ya... Beda banget pas gue masih SD dan SMP. Impian gue sangat sederhana. Ingin menjadi Guru Matematika yang hebat. Asik

Sebenarnya keinginan tentang cita – cita itu banyak banget, sob. Beranjak SMA, gue sempat tertarik dengan dunia tulis menulis.  Awal semester kelas XII, gue juga pernah ikut Workshop Jurnalistik bareng para wartawan dari stasiun televisi swasta yang waktu itu datang ke tempat gue. Dan tentang fotografi pun gue naksir abis, tapi gak sampai didalami karena medianya gak ada. Hikss...

Next, gak lama sebelum gue berangkat ke Bandung, pengumuman PMDK udah keluar. Tapi gue gak masuk. Gak terlalu pusing sih. Toh masih punya harapan di ITB, pikir gue waktu itu.

Februari, 2010
Tepat sebulan sebelum Ujian Nasional, gue hijrah ke Bandung meninggalkan sekolah untuk dibina dan dididik agar siap menghadapi Ujian Saringan Masuk ITB. Jumlah pesertanya lumayan banyak, ada 200 orang. Dan di sini kita bersaing karena kuota beasiswa hanya 100 kursi. Jika gagal, otomatis gugur. 

Tiga minggu menjalani hari – hari di Bandung tanpa kendala berarti, pulang seminggu sebelum UAN. Dan hari terakhir setelah UAN, gue harus kembali ke Bandung untuk menentukan nasib. Ujian Saringan Masuk ITB. Maret, 2010.

April, 2010

Sebelum hasil UAN keluar, hari itu Jumat, 16 April hasil USM udah bisa dilihat di situs salmanitb. Waktu itu semua guru dan staff sekolah berkumpul di ruang guru, seolah tak mau ketinggalan menyaksikan info kelulusan terakhir gue di kampus bergengsi itu. Perasaan antara ragu dan takut. Bener aja, pas ditelusuri satu persatu nama peserta tes, terus hingga deretan terakhir.. deg... nama Dinda gak ada dalam daftar itu. Lantas langsung pecah tangis gue menerima kegagalan. Hikss... Bersusah payah berjuang, tapi tersisih di bagian akhir. Sebuah pengalaman yang sangat sangat berharga, tapi gue masih tetap bersyukur.

Gak ingin berlarut – larut dalam kesedihan, gue take action. Gue gak ingin lama – lama menyesali kekalahan gue karena gue orangnya pantang menyerah, halah. Dua hari berlalu gue langsung hijrah ke Depok, tempat di mana kakak sepupu gue punya tempat bimbingan belajar. Sebut saja Kak Ihsan. Anaknya sepupu nyokap, lulusan Teknik Metalurgi UI. Gue disuruh ke sana atas usul Alm. kakek...
Dua bulan di sana, mengikuti berbagai ujian masuk PTN. Mulai dari UMB, SNMPTN, USM ITB ke-2, USM STAN. Tapi semuanya gak ada yang lolos. Hiks... Emang gak mudah menerima kegagalan,namun hikmah apapun dari setiap kejadian yang telah kita alami, adalah hal terpenting yang harus kita syukuri. 


Di sini, di sebuah rumah kontrakan yang gue tempati sejak awal 2011 lalu, gue menulis flashback story ini. Jika ingat dulu, ahh ingin rasanya kembali ke masa – masa sekolah.  Masa yang penuh dengan kenangan – kenangan berarti. Namun hidup ini berjalan, tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang dialami.

Alhamdulillah, lepas dari masa putih abu – abu, gue bisa hidup mandiri dengan bekerja di sebuah restoran, lalu hijrah ke sebuah kantor dengan gaji yang masih terbilang minim. Dipertemukan dengan orang – orang yang bermacam – macam karakternya. Menjalani hari – hari tanpa orangtua, merasakan bagaimana jerih payahnya mencari uang, membiayai hidup dan studi dengan mengandalkan pekerjaan yang gajinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari – hari dan membayar kuliah ala kadarnya.

Lepas dari itu, pernah suatu waktu gue ingin menambah pendapatan dengan bekerja sampingan. Dengan berbekal punya teman kenalan di bimbel, gue menawarkan diri untuk menjadi pengajar di sana. Alhamdulillah, walaupun freelance tapi lumayan. Waktu – waktu yang tadinya senggang, menjadi terisi dengan aktivitas yang bermanfaat. Karena selain mencari tambahan, bakat dan ilmu yang gue punya jadi tersalurkan dengan gue mengajar seperti sekarang. Mungkin dari sebagian apa yang gue cita – citakan sewaktu dulu, hanya terealisasi seperti sekarang ini, menjadi guru privat. Ya, hanya guru panggilan. Namun di balik itu semua, ada rasa bangga dan bahagia ketika para siswa yang gue bimbing, semuanya lulus ujian, atau sekedar mendapatkan nilai bagus saat ulangan.


Harapan saat ini dan untuk ke depan, gue hanya ingin melihat orangtua bahagia melihat anaknya bisa berhasil. Ya, gue harus bisa mandiri. Tidak lagi merepotkan orangtua, harus bisa membantu dan meringankan bebannya yang masih harus membiayai pendidikan adik – adik. Walaupun sekarang belum sepenuhnya sukses, tapi suatu saat nanti gue yakin bahwa PUNCAK KESUKSESAN akan berhasil diraih.

Semoga semua upaya dan usaha ini, suatu saat mengahasilkan buah manis dan akan Allah jadikan indah pada waktunya.
Menjadi seorang Enterpreuneur Muda..
InshaaAllah…
Aamiin yaa robbal ‘alamiin….. 

Bintaro, 14 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar