Selasa, 16 Juni 2015

Tak Lagi Sama

"Mengejamu kini tak lagi sama; aku tak ubahnya membaca kitab kuning tiada isyarat harakat. Mereka-reka fattah, kasrah, dammah. Seperti semaphore tanpa bendera. Kompas tak berutara."

Mengejamu kini tak lagi sama; aku tak ubahnya memandang langit-langit kamar tak bersuara. Mendangak ke atas melewatkan berbagai lamunan yang melintas dalam benak, menerka suara lirih decakan cicak.

Mengejamu kini tak lagi sama; aku tak ubahnya berlari dalam deras tangis hujan, kemudian menyusurinya. Berdiam takzim mencari jalan kering, mencari pelangi dan penantian matahari.

Mengejamu kini tak lama sama; aku tak ubahnya melawan arus laut yang menuju pantai. Mencari karang kokoh penampik ombak. Menyusuri pasir putih dengan kaki telanjang.

Mengejamu kini tak lagi sama; aku tak ubahnya mendaki Mahameru. Terseok beribu langkah yang mengaduh. Memasuki belantara padang sauna yang gersang. Menghalau batu besar dan jurang nan terjal.

Dan kini aku tahu,
Mengejamu tak lagi sama,
Tak akan (lagi) sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar